“Selamat no anda mndpt hadiah mobil ALLNEW SIENTA dr LAZADA PIN:1JH76KT9 Info klik:www.kejutanlazada72.blogspot.com”
Dalam satu kerlingan, normalnya orang akan langsung tahu bahwa SMS tersebut adalah sejenis penipuan. Lazada tidak mungkin menggunakan domain gratisan semacam blogspot untuk mengumumkan hadiah kejutannya. Seringnya, SMS seperti itu akan langsung diabaikan oleh penerimanya.
Kejanggalan lebih banyak ditemukan dalam situs blogspot penipu itu. Simak kalimat-kalimat ini:
“…UUD No.32 Pasal 331 Ayat 23, Tentang Kecemburuan Sosial Sesama Masyarakat…”
“..untuk pencairan hadiah dari LAZADA melalui BANK INDONESIA…”
“Hadiah diantarkan langsung ke alamat pemenang melalui jasa penerbangan, dengan menggunakan pesawat kargo BOEING C.130 dari bandara Halim Perdana Kusuma menuju ke bandara atau lapangan penerbangan yang terdekat di daerah pemenang”
Kalimat pertama jelas salah karena kita cuma satu punya satu UUD, tidak ada UUD no. 32. Sedangkan Bank Indonesia adalah bank sentral, bukan bank transaksional yang mau repot-repot mengurus pencairan hadiah. Kalimat ketiga sesungguhnya adalah ide imajinatif yang mengagumkan. Kalimat tersebut sangat keren sehingga mungkin tampak benar-benar nyata. Tetapi, selain hal itu tak mungkin dilakukan, C130 Hercules adalah buatan Lockheed Martin, bukan buatan Boeing.
Orang bodoh seperti apa yang membuat penipuan yang begitu jelas seperti itu? Berlawanan dengan apa yang dipikirkan sebagian besar orang, pak Edy (si penipu, mari kita sebut saja begitu sesuai dengan nama yang tertulis di blogspot, meskipun kemungkinan besar itu nama palsu) adalah orang yang cukup pintar.
Katakanlah dalam sehari pak Edy mengirim seribu SMS. Dari seribu SMS itu, mungkin ada 1% yang tertipu dengan SMS itu. Sepuluh orang ini membalas pesan pak Edy. Agar orang-orang ini benar-benar mau mengirim uang “administrasi”, pak Edy perlu untuk menyakinkan dan membujuk mereka. Proses ini akan melibatkan banyak percakapan, kemungkinan besar pak Edy perlu juga menelepon mereka.
Percakapan telepon itu adalah investasi pak Edy. Sama seperti pebisnis lainnya, pak Edy tentunya ingin investasi yang sekecil-kecilnya menghasilkan untung sebesar-besarnya. Itu artinya conversion rate yang tinggi dari investasi menjadi profit. Hal tersebut bisa dilakukan dengan dua cara: meningkatkan jumlah korban yang akhirnya melakukan transfer uang atau menurunkan jumlah orang yang perlu untuk ditelepon.
Pak Edy memilih cara yang kedua dengan menggunakan SMS dan website bodoh tadi. Pak Edy melakukan penyaringan terhadap calon korban untuk memastikan bahwa orang yang dia telepon adalah orang yang mudah ditipu. Tak perlu bersusah payah, orang-orang yang mudah tertipu ini menampakkan dirinya sendiri. Orang-orang yang tidak sadar bahwa UUD no. 32 itu tidak ada adalah orang-orang yang tepat untuk diyakinkan agar mau mengirim uang kepada pak Edy.
Cara yang sama sebelumnya sudah dipakai oleh mereka yang kita sebut Nigerian Scammers. Hal ini diungkap oleh Cormac Herley dalam sebuah penelitian berjudul “Why do Nigerian Scammers Say They are from Nigeria?”. Meskipun bukan berasal dari Nigeria, mereka akan cenderung untuk mencatut nama Nigeria: pangeran Nigeria, janda kaya Nigeria, pengusaha Nigeria. Sedemikian terkenalnya jenis penipuan ini, hanya sedikit orang yang belum pernah mendengarnya. Daripada memprospek semua calon korban yang hanya sekedar ingin tahu (lalu kemudian calon korban tersadar, terbuanglah segala investasi waktu dan biaya), maka lebih baik sejak awal hanya mengincar mereka yang belum pernah tahu tentang Nigerian Scam.
Nigerian scammers biasanya memanfaatkan email sebagai media untuk memancing calon korbannya. Untuk mengungkap dan menangkap pelaku bukanlah hal yang mudah. Pelaku melakukan kejahatannya lintas negara sehingga membutuhkan kerja sama penegak hukum internasional. Salah satu cara efektif untuk mengatasi nigerian scammer adalah mencegahnya melakukan penipuan.
Caranya adalah dengan membanjiri email mereka dengan email respon. Bayangkan sebuah bot yang menyibukkan penipu ini dengan percakapan melalui email. Penipu akan sibuk berbicara dengan bot, sehingga peluang mereka untuk sempat mengerjai korban sebenarnya akan semakin kecil.
Cara ini patut juga dipertimbangkan untuk menanggulangi pak Edy dan teman-temannya. Banjiri saja nomor pak Edy dengan ribuan SMS. Pak Edy akan sibuk memilah-milah calon korban potensial. SMS dari calon korban sebenarnya akan terkubur dalam ribuan SMS tersebut. Pada titik ini, bisnis yang dilakukan pak Edy bukan lagi bisnis yang menguntungkan. Modal dan usaha yang dilakukan terlalu besar dibandingkan dengan hasil yang dicapai.